Always start with Basmallah

Catatan Umrah Bag. 2 | Landing Mekah atau Madinah?

Bismillah…

Mekah dan Madinah adalah dua tempat suci yang lazim dikunjungi pada saat melaksanakan ibadah Haji dan Umrah. Begitu pun saat kami sekeluarga berangkat untuk beribadah ke dua tanah suci ini.

Saat sesi wejangan (tausiyah) berlangsung di bus, Pak Ustadz melontarkan pertanyaan untuk kami para jama’ah:

“Tau ga, kenapa kita landing di Madinah dulu, bukan langsung ke Mekah?”

Awalnya saya kira ga ada bedanya juga ya, itu hanya soal efisiensi waktu dan biaya aja, ga lebih dari itu. Mau Mekah dulu atau Madinah dulu, sama saja, toh keduanya memang selayaknya kita datangi sebagai tamu Allah.

-Hening-

Tidak ada jawaban.

Saya pun berpikir, apa kiranya jawaban dari pertanyaan itu?

Yaa, mungkin secara etika memang baiknya bersalam dan berkunjung ke kediaman utusan-Nya dulu, sebelum berkunjung langsung ke si Empunya Utusan dan Wahyu.

Secara singkat Pak Ustadz pun memberikan penjelasan kenapa sebaiknya kita landing di Madinah dulu, ga langsung ke Mekah, “Karena di Madinah itu kita ditatar; memastikan sikap, pikiran, hati, dan jiwa kita sudah benar, sudah lurus, tidak ada niatan yang salah dan macem-macem.”

Kalau niatnya memang untuk ibadah, ya jangan menghabiskan waktu dengan belanja, ibaratnya nih, baru aja dateng, ehh, koper udah penuh sama oleh-oleh.

Kenapa harus ditatar di Madinah? Karna nanti saat tiba di Mekah diharapkan pikiran dan hati kita sudah benar-benar bersih, fokus sama ibadah dan benar-benar hanya mengisi hati dan kepala dengan ketaatan kepada Allah, ga ada hal lain dengan unsur keduniawian yang mendominasi. Hal ini demikian penting dan mesti dijaga betul, agar kita selalu ‘awas’ di mana kita berdiam.

Sayyidina Ibnu Abbas pun ketika ditanyakan oleh sahabat apa alasannya tidak memilih Mekah sebagai tempat tinggal, beliau menjawab dengan ketawaduannya, mengutarakan dengan sepenuh pemahamannya jika Mekah adalah tempat dengan sejuta keutamaan dan taburan pahala, namun begitu, ia pun sangat menyadari bila perbuatan buruk sekecil apapun akan berlipat ganda dosanya di tanah suci Mekah. Saking menyadari bahwa ia hanya manusia yang tidak pernah luput dari dosa, menjadi wajarlah baginya bila akhirnya beliau lebih memilih tinggal di Thaif (Semoga Allah memberkahi Sayyidina Ibnu Abbas untuk setiap detik kehidupannya dalam berjuang demi agama dan semoga Allah memberkahi Thaif dengan keberkahan nostalgia masa kecil Rasulullah yang telah dihabiskannya dengan penduduk Thaif).

Madinah, seperti halnya Thaif, menjadi wilayah yang penuh berkah dengan wasilah Rasulullah. Sebagai tujuan hijrah di zaman kenabian, Madinah menjadi pijakan awal bagi Rasulullah dan para sahabat/sahabiyah setelah berlepas diri dari seluruh kenyamanan dan keutamaan yang sebelumnya mereka dapatkan di Mekah.

Rasulullah SAW dengan rasa kasih dan sayangnya kepada pengikutnya yang setia, meminta dengan tulus kepada Allah untuk memberikan keberkahan kepada Madinah, untuk kota dan penduduknya (Red: untuk tanaman dan hasil buminya, untuk perniagaannya, dan menjauhkannya dari wabah penyakit).

Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad dari Abu Hurairah 1/184, ia berkata:
“Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, berkahilah ahli Madinah pada kota mereka, berkahilah mereka pada sha’ mereka, berkahilah mereka pada mud mereka. Ya Allah, sesungguhnya Ibrahim adalah hamba-Mu dan kekasih-Mu dan sesungguhnya aku adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu, dan sesungguhnya Ibrahim pernah meminta kepada-Mu untuk ahli Mekah, dan aku memintamu untuk ahli Madinah, sebagaimana Ibrahim memintamu untuk ahli Mekah, maka aku meminta yang sama. Sesungguhnya Madinah adalah sarang bagi malaikat, pada setiap Naqab (jalan masuk di antara dua gunung) ada dua malaikat yang menjaganya, penyakit Thaun tidak akan masuk di dalamnya begitu juga dengan Dajjal, barangsiapa yang berencana jahat maka Allah akan mencelakakannya, sebagaimana Ia menghalau garam di air.”

Segala sesuatu di Madinah adalah tentang akhlak dan adab. Segala sesuatu di Mekah adalah Tauhid. Akhlakul karimah membawa kepada kemudahan dalam bertauhid, mengenal dan memahami Allah dengan sepenuh kecintaan.

Wallahua’lam bisshowab

dewi

Setiap Wanita punya cerita. Setiap manusia bisa bercerita. Setiap post di blog ini adalah rangkaian cerita kehidupan Kita, ya Saya dan Anda. Karena setiap Kita, melangkah di antara cerita 1 menuju cerita lainnya. Saat ini mungkin cerita Saya, besok bisa saja menjadi cerita Anda. *Writing Enthusiast* Selain mengelola laman dewifitriani.com, Saya pun aktif di samaraquran.com

You may also like...

1 Response

  1. March 4, 2022

    […] fisik namun begitu sampai di tanah suci mendadak segar-bugar, sehat dan sanggup mengikuti rangkaian kegiatan Umroh dan Ziarah yang menguras […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *