Bismillah…
Setiap menjelang pergantian tahun, hampir pasti kita menyempatkan waktu membuat resolusi baru untuk tahun berikutnya, entah dateline target sebelumnya sudah tercapai atau belum.
Adakah di antaranya aspek spiritual yang masuk ke dalam list? Ingin memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk beribadah, rizki yang lebih banyak untuk bersedekah tanpa harus mikir dan berhitung, dan hal lain yang mengingatkan jika kestabilan hidup ada pada keseimbangan spiritualitas dan duniawi.

Dari sekian banyak target spiritual yang ingin dicapai tiap tahunnya, adakah di antaranya keinginan untuk berjumpa dengan Yang Paling Berhak Dirindukan, berkunjung ke rumah-Nya dan tempat peristirahatan terakhir Rasul-Nya.
Ah, terlalu sering Kita mengkerdilkan keinginan Kita sendiri, dengan dalih nggak punya uang (biaya Umrah kan mahal), atau uangnya belum cukup, atau karena masih banyaknya keperluan lain yang harus dicukupi.
Dan banyak alasan lainnya yang seakan jadi melegalkan untuk selalu men–skip pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya.
Alhasil, bukan hanya uang, niat pun nggak terkumpul.
Tahun kemarin skip, tahun ini skip, tahun depannya skip lagi, di–skip aja terus, entah sampai tahun kapan. Bahkan terpikir pun engga, untuk memasukkan keinginan Umrah dalam list tahunan yang Kita buat.
Ke tanah suci memang butuh kesanggupan finansial yang tidak sedikit. Namun uang bukan satu-satunya syarat dan penentu sampai Kita bisa diundang oleh-Nya.
Ibadah Umrah sifatnya lebih privat, antara Kita dengan Allah. Dia yang akan menentukan siapa yang akan dipanggil dan menginjak rumah-Nya.
Selalu saja ada cerita yang sampai di telinga Kita, di mana orang yang sama sekali nggak punya uang, tiba-tiba, dilalahnya dapat rezeki nomplok, diberangkatkan Umrah entah oleh siapa. Atau tentang mereka yang dikaruniai rizki berlimpah, namun masih juga belum siap untuk berangkat.
Atau tentang berapa banyak orang yang kemampuan finansialnya berlimpah, bisa pergi Umrah dan Haji, tapi begitu sampai di sana ternyata tidak merasakan kenyamanan beribadah, mulai dari diri yang mendadak enggan untuk keluar kamar hotel, atau ada yang begitu sampai bawaannya pingin pulang ke tanah air, dan bahkan ada juga yang di sepanjang ibadahnya hanya berisi keluh kesah tanpa henti.
Mungkin dia lupa, jika setiap kelelahan di Tanah Haram akan diganjar kenikmatan yang berlimpah ruah. Sehingga yang dirasakan hanya lelah dan penat. Ingin cepat-cepat selesai.
Sementara di sisi lain, ada berapa banyak lagi orang yang selama kesehariannya di tanah air sakit-sakitan dan lemah secara fisik namun begitu sampai di tanah suci mendadak segar-bugar, sehat dan sanggup mengikuti rangkaian kegiatan Umroh dan Ziarah yang menguras energi.
Bertamu ke rumah orang saja Kita diminta pintar-pintar menempatkan diri, apalagi bertamu ke rumah Allah, harus pandai-pandai menjaga pikiran dan hati, karena ada terlalu banyak hal di luar jangkauan dan kekuasaan Kita sebagai manusia biasa.
Ibadah ke Tanah Suci bukan semata perkara fisik dan finansial, tapi wujud seberapa besar Iman dan I’tikad (kemauan) Kita untuk semakin mendekatkan diri pada Allah dan Rasul-Nya melalui setiap kegiatan yang dilakukan.
Pergi ke Tanah Suci bukan perkara uang, namun tentang seberapa pantas Kita untuk menjadi tamu-Nya.
Daripada menghitung-hitung berapa uang yang Kita punya saat ini, masih kurang berapa untuk pergi ke Tanah Suci, dan berapa banyak yang masih harus dipakai untuk urusan lain, alangkah lebih baik bila Kita bisa memantaskan diri sebaik-baiknya, beribadah dan berdoa seikhlas dan sesungguh-sungguhnya, memasrahkan diri sepenuhnya pada-Nya sehingga tanpa Kita sangka Dia pun akan memilihkan jalan yang paling mudah untuk mengundang Kita ke rumah-Nya.
Bulatkan niat dan tekad, minta diberi kesanggupan dan kepantasan untuk diundang ke sana dan menjalankan seluruh rangkaian ibadah sesempurna dan seikhlas mungkin agar Dia ridho menerima ibadah Kita, semata hanya untuk mengharap ampunan dan keridhoan-Nya, bukan untuk pengharapan duniawi.
Kalau sudah diundang dan dimampukan datang, jangan lupa berdoa ya, minta sekembalinya ke tanah air agar dimudahkan untuk bersikap lebih baik dan lebih pantas dari sebelumnya, terutama dalam hal ibadah, agar Kita bisa semakin memantaskan diri untuk kembali memenuhi undangannya, di kali ke-dua, ke-tiga dan kesekian kali berikutnya (Allohumma Aamiiin).
Wallahu a’lam bisshowab.