Bismillah…
Eneng : “Pak, sekarang warung tutupnya sore ya? Saya perhatikan beberapa hari ini jam 5 sore udah siap-siap aja pintu mau ditutup.”
Pak Haji : “Engga, Neng. Sampai malam juga masih buka.”
Eneng : “Ooo… kirain udah mau tutup Pak.”
Pak Haji :
“Yah, itulah Neng, makanya kalo bisa, masih muda jangan jadi pedagang. Jualan sembako kaya gini mah Neng, insyaAllah ada aja rezekinya. Ada aja yang beli. “
“Tapi lama-lama teh, saya sama istri jadi sering ngobrol berdua, ini kok kita sibuk terus kaya gini, ini kapan pulangnya. Kalau mau libur aja mesti kabarin sana-sini, bilang kita mau tutup dulu, jadi pelanggan juga bisa nyetok buat berapa hari ke depan.”
“Syukur-syukur kalau pas ada anak-anak muda yang bisa bantu. Kalau ga ada, yaa ga akan bisa ditinggal-tinggal ini warung.”
“Kita mah mau ke mana lagi, nanti juga pulang. Sekarang mah mau ke mana lagi, nanti juga pulang. Sekarang mah alhamdulillah, tiap mau Maghrib warung kita tutup dulu, nanti abis Isya buka lagi. Tutup jam 9.”
“Orang mah ngeliat jadi pedagang tuh enak, uang ada aja tiap hari. Ya emang bener, uang ada terus. Tapi jadi pedagang kalau ga dagang ya ga punya uang.”
“Kita mah ngeliat jadi pedagang tuh enak, uang ada aja tiap hari. Ya emang bener, uang ada terus. Tapi jadi pedagang itu kalau ga dagang ya ga punya uang.”
“Kita mah nanti juga pulang. Kalau dagang terus, ga inget mesti pulang. Makanya sekarang saya sama istri ga terlalu neko-neko. Dagang ya sebatas ikhtiar, yang penting disempetin sholat pas waktunya. Biar inget terus kalau nanti harus pulang.”
1 sesi percakapan di mana saya lebih banyak diam dan mendengarkan, karena jujur, di awal percakapan saya masih tidak memahami, si Bapak teh ngomong naon? Loncat sana, loncat sini. Belanja cuma sakiceup, ngobrolnya panjang pisan. Ada pelanggan lain datang ga dihiraukan. Selama sekian menit saya cuma manggut-manggut aja dengan penjelasan Pak Haji, sambil menerka-nerka arah pembicaraannya.
Tadinya saya kira, beliau ngomogin kampungnya di Garut. Ternyata yang dimaksud kampung akhirat.
Jangan pernah lupa sama Allah, meski sibuk berdagang.
Kalau kamu ga betah jadi karyawan, bangunlah bisnis, jangan mau cuma jadi pedagang aja, yang kalau ga jualan, ga punya uang.
2 remah-remah hikmah ini yang saya dapatkan dari bincang sore di warung Pak Haji.
Saya sendiri belum bisa mendefinisikan apa dan bagaimana pedagang dan pebisnis. Maklum, bukan praktisi. Tapi link video youtube ini bisa menjadi permulaan anda untuk melihat sekilas gambaran tentang dunia usaha dan bisnis, Hijrah dari Pedagang ke Pebisnis sesi youtube bersama mentor UKM Mas Jaya Setiabudi. Barokallah.
Wallahu a’lam bisshowab.
1 Response
[…] nggak perlu lagi ada kasak-kusuk soal penglaris. Mulai dari isu pedagang yang masaknya pakai celanalah (gimana ceritanya mau masak nggak pakai celana?), atau adonan kue […]