Bismillah…
Kata orang, dosa itu manis rasanya. Makanya banyak orang enggan meninggalkan yang haram, apalagi yang sekedar syubhat. Terlalu manis untuk dilewatkan. Baru ketika sudah terantuk musibah dan teguran, seketika sesal menghampiri. Menyesali diri yang terlalu mudah terperangkap tipu daya dan jeratan asyik-masyuknya dunia.
Namanya penyesalan, selalu datang di akhir, setelah semua terjadi dan mulai memporak-porandakan kepingan hidup yang sudah dibangun.
Ayah: “Hai! Ada ide ga, hari ini kita mau jalan ke mana lagi?”
Dengan sumringah aku menanti jawaban gadis di sebelahku, gadis yang akhir-akhir ini mengisi hari dan hatiku dengan letupan gairah.
Nona: “Ah, aku mah ikut aja mas, mau kamu bawa ke mana juga, yang penting berdua sama kamu.”
Jawaban manja yang makin menggoda sisi kelelakianku, menyingkirkan seluruh bayangan yang tiba-tiba muncul dalam wujud anak dan istri tercinta. Ya, istri. Aku lelaki dari 1 orang istri dan ayah dari 3 orang anak, dengan kehidupan pernikahan yang sangat harmonis.
Ada pijar yang semakin meletup-letup, rasa di antara kenikmatan dan degup jantung yang beradu. Ah, sudah lama sekali adrenalinku tidak berkeliaran sekencang ini. Kehidupan yang terlalu tenang dan mapan membuatku melupakan nikmatnya menjadi pejuang. Pejuang Cinta. Rasa yang kini hadir dalam tetesan noda.
Hubungan kami tidak berlangsung lama, karena beberapa saat kemudian, istriku mulai mencurigai gelagat ketidakberesan dalam perangaiku. Dalam tumpukan dosa, aku masih merasa beruntung, bersyukur, dan menyadari jika torehan luka yang kubuat dalam kilat mata istriku jauh lebih mengguncang hati dan pikiranku, sangat tidak sebanding dengan secuil kenikmatan dan gairah yang kurasakan dari kebersamaan bersama ‘Nona’.
Sangat bersyukur, meski harus bersusah payah, dengan seizin-Nya aku berhasil mendapatkan hati istriku kembali. Cukuplah kebodohanku berhenti di titik ini. Dunia sudah terlalu ga’ waras tanpa hadirnya ketidakwarasan yang kubuat sendiri.
Semoga Saya dan Anda, selalu dijauhkan dari letupan-letupan dunia yang terus menggoda, didekatkan pada gairah beribadah yang semakin pantas. Mendekat pada yang Maha Sempurna dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki.
Wallahu a’lam bisshowab.